Selasa, 22 November 2011

TAWADLU' TAAT, QANAAH DAN SABAR

TAWADHU DAN PENERAPANNYA
Tawaddu' berarti rendah hati, sehingga orang yang tawadhu senantiasa menempatkan dirinya tidak
lebih tinggi dari orang lain. Dengan demikian orang yang tawadhu mau menerima kebenaran, apapun
bentuknya dan dari siapapun asalnya. Ketika melakukan suatu kesalahan dan diingatkan, maka orang
yang tawadhu segera mengakuinya serta berterima kasih kepada orang yang mengingatkan. Mengapa
demikian? Kren aorang yag tawadhu menyadari bahwa sebagai makhluk dirinya tentu masih
mempunyai kekurangan, dan hanya Allah SWT yang sempurna.
Itulah gambaran orang yang tawadhu? Bagaimana dengan kalian? Apakah dalam kehifupan sehari-hari
sudah berlaku demikian?
Lawan sifat tawadhu adalah sombong atau takabur. Orang yang takabur selalu merasa lebih tinggi dari
orang lain. Dengan demikian orang yang sombong pasti sulit diingatkan, bahkan tidak jarang kalau
diingatkan akan marah. Dia tidak menyadari bahwa setiap manusia itu pasti mempunyai kekurangan
dan jauh dari kesempurnaan.
Setiap muslim ditekankan agar selalu bersikap tawaddu'. Tawaddu' membuat seseorang disenangi dan
disegani orang lain. Perhatikan contoh berikut! Ada seorang juara kelas yang pandai namun rendah
hati. Walaupun pandai, ia tidak menyombongkan diri. Ia merasa bahwa masih banyak orang lain yang
lebih pandai darinya. Kepandaiannya hanya sebagian kecil dibandingkan kepandaian Allah SWT. Ia
juga dengan murah hati membagi kepandaiannya dan mau belajar kepada orang lain. lbarat ilmu padi.
semakin berilmu maka is semakin merendah. Teman-teman di kelas pasti menyenanginya.
Contoh lain, ada seorang konglomerat (orang kaya) yang tidak sombong dengan kekayaannya. Ia
selalu mengeluarkan zakat dan sedekah kepada fakir miskin. Baginya, di dunia ini tidak ada orang
yang kaya karena kekayaan hanyalah milik Allah SWT. Harta yang dimilikinya tidak lain hanyalah
titipan Allah SWT yang harus dipergunakan dengan sebaik-baiknya. Siapa yang tidak senang dengan
orang yang memiliki sifat ini?
Allah SWT sangat menyukai orang yang memiliki akhlak tawaddu' dan sangat membenci
orang yang sombong dan takabbur. Firman Allah SWT dalam Alquran:
Artinya: Dan harnba-harnba Tuhan Yang Ma ha Penyayang itu (adalah) orang-orang yang berjalan di
atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil men yapa mereka, mereka mengticapkan
kata-kata yang baik. (QS. Al Furcan: 63)
Berdasarkan firman Allah SWT tersebut jelas bahwa orang yang memiliki sifat tawaddu adalah
hamba-hamba yang disayangi Allah SWT. Salah satu ciri sifat tawaddu' adalah selalu berbuat baik
termasuk kepada orang-orang yang bodoh.
Untuk memiliki dan mengembangkan sifat tawaddu' memang tidak mudah. Perlu pembiasaan secara
bertahap. Ada beberapa langkah awal yang bisa dilakukan untuk melatih munculnya sifat tawaddu'.
antara lain sebagai berikut.
1.Mengenal Allah
Dengan mengenal Allah beserta sifat-sifatnya, maka akan muncul kesadaran bahwa manusia adalah
makhluk yang sangat lemah dan kecil. Begitu kuasa, kaya, dan besamya Allah. Oleh karena itu
tidaklah pantas bagi manusia untuk menyombongkan diri.
Artinya: Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu
pun, clan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan, dan Kati, agar kamu bersyukur. (QS. An Nahl
: 78)
2.Mengenal diri
Dilihat dari asal usulnya. manusia berasal dari setetes air mani yang hina. Kemudian manusia lahir ke
dunia tanpa daya dan tidak mengetahui apapun.
Firman Allah SWT dalam Alquran:
Oleh karena itu manusia tidak berhak sombong. Sudah seharusnyalah manusia bersikap tawaddu',
sebab ia lemah dan tidak banyak mempunyai pengetahuan.
3. Mengenal kekurangan diri
Seseorang dapat terjebak pada kesombongan bila ia tidak menyadari kekurangan yang ada pada
dirinya. Botch jadi seseorang mengira bahwa dirinya telah banyak melakukan kebaikan. padahal ia
justru melakukan kerusakan dan aniaya.
Oleh karena itu setiap muslim hams selalu melakukan introspeksi diri sebelum melakukan, saat
melakukan, dan sesudah melakukan sesuatu. Hal itu dilakukan setiap muslim agar sadar akan
kekurangan dirinya sejak dini, sehingga ia akan bersikap tawaddu' dan tidak sombong kepada orang
lain.
4. Merenungkan nikmat Allah
Pada hakikatnya, seluruh nikmat yang dianugerahkan Allah kepada hamba--Nya adalah ujian untuk
mengetahui siapa yang bersyukur dan siapa yang kufur. Namun banyak di antara manusia yang tidak
menyadari hal tersebut, sehingga mereka membanggakan dan menyombongkan nikmat yang Allah
berikan kepadanya.
Semua manusia pada hakekatnya diciptakan sama. la berasal dari bahan yang sama dan keturunan
yang satu. yaitu Adam dan Hawa. Tidak ada kelebihan antara satu dengan yang lainnya dihadapan
Allah SW I' kecuali derajat ketakwaannya. Memang benar di dunia ini manusia terbagi alam dua
golongan sifat yang saling berlawanan: ada yang kaya ada pula yang miskin, ada yang pintar ada pula
yang bodoh, ada yang normal ada pula yang cacat. ada yang tinggi ada pula yang pendek. Hal ini tidak
bisa dipungkiri, karena memang merupakan ketentuan Allah (sunnatullah). Sikap tawadclu'-lah yang
berfungsi untuk menyamakan dua golongan sifat itu pada satu derajat dan satu kedudukan, sehingga
tidak ada lagi yang merasa lebih tinggi ataupun lebih rendah ketimbang lainnya
TAAT DAN PENERAPANNYA
Taat berarti tunduk dan patuh untuk melaksanakan apa yang diperintahkan dan menjauhi apa yang
dilarang. Sifat taat dalam menjalankan perintah dan menjauhi segala larangan ini sangat diperlukan
dalam kehidupan beragama, dalam keluarga, bermasayarakat, maupun bernegara.
Dalam beragama seseorang diperintahkan untuk taat kepada Allah SWT dan rasul-Nya, dengan
melaksanakan perintah dan menjauhi larangan-Nya. Orang yang taat akan tetap melaksanakan shalat
dalam keadaan sesibuk apapun, orang yang taat juga tetap menjalankan puasa walaupun merasaklan
lapar dan dahaga. Orang yang taat juga senang berzakat dan berderma walaupun kalau dihitung secara
matematis hartanya berkurang, namun dia meyakini bahwa pada hakikatnya harta itu tidak berkurang
karena Allah SWT akan memberikan balasan yang lebih banyak.
Di dalam berkeluarga maka seluruh anggota keluarga harus taat kepada tatanan keluarga, suami
bertanggung jawab menafkahi dan menyayangi anak istrinya; Istri taat kepada suami dan menjaga
harta serta mendidik anak-anaknya dengan baik; anak taat dan patuh kepada kedua orang tuanya.
Sikap taat dalam kehidupan berkeluarga juga dapat diwujudkan dengan menjalankan tugas di
lingkungan keluarga dengan baik. Jika seluruh anggota keluarga menerapkan sikap taat, maka akan
terwujud keluarga yang bahagian dan tenteram atau sakinah.
Penerapan sifat taat dalam kehidupan bermasayarakat adalah dengan mematuhi peraturan dan menjaga
ketertiban di lingkungan masyarakat. Jika seluruh anggota masyarakat menerapkan sifat taat maka
akantercipta lingkungan yang aman, tenteram dan damai. Suasana semacam ini akan membuat seluruh
anggota masyarakat merasakannya.
Demikan juga dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Setiap warga negara harus taat kepada
pemerintah dan aturan-aturan yang berlaku.
Dengan demikian tujuan utama Allah SWT memerintahkan kita agar menjadi orang yang taat adalah
agar tercipta keidupan di dunia yang tenteram, damai, aman, dan membahagiakan. Sebaliknya jika saja
seluruh manusia tidak memiliiki sifat taat, maka akan terjadi ketidakteraturan dan kerusakan.
Firman Allah SWT dalam Alquran:
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah rasul(Nya), dan ulil amri di antara
karnu. Kemudian jika karnu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah
(Alquran) dan rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah don hari kemudian.
Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. (QS. An Nisa-: 59)
A. QANAAH DAN PENERAPANNYA
Qanaah menurut arti bahasanya adalah merasa cukup. Dan secara istilah qanaah berarti merasa
cukup atas apa yang dimilikinya. Misalnya, orang sudah diberi karunia rizqi oleh Allah SWT berupa
gaji setiap bulan atau laba dalam berdagang, maka dia merasa cukup dan bersyukur kepada-Nya. Allah
SWT sangat menyukai orang yang selalu bersyukur atas nikmat-Nya dan membenci orang yang kufur
(ingkar) dari nikmat-Nya. Firman Allah SWT dalam Alquran:
Artinya: Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti kami akan rnenambah (nikmat) kepadarnu,
dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih. (QS. Ibrahim: 7)
Orang yang qana'ah selalu bersyukur dalam hidupnya. Contohnya, walaupun hanya makan
dengan garam, ia akan merasa nikmat tiada terhingga, karena ia tidak pernah berpikir tentang daging
yang tidak ada di hadapannya. Apalagi jika ia dapat makan dengan sayur atau daging. la pun akan
berusaha untuk membagi kenikmatan yang diterimanya itu dengan keluarga, kerabat, teman ataupun
tetangganya.
Meskipun demikian, orang-orang yang memiliki sikap qana'ah tidak berarti menerima nasib
begitu saja tanpa berusaha. Orang¬orang qana’ah bisa saja memiliki harta dan kekayaan yang sangat
banyak, namun harta dan kekayaannya tersebut ia sikapi dengan rambu-rambu Allah SWT, sehingga
apa pun yang dimilikinya tidak pernah melalaikannya dari mengingat Sang Maha Pemberi Rezeki.
Ketika berusaha mencari dunia, orang-orang gandah menyikapinya sebagai sebuah ibadah yang
mulia di hadapan Allah Yang Mahakuasa, sehingga ia tidak berani berbuat yang menghalalkan segala
cara. la yakin, tanpa menghalalkan segala cara pun ia tetap akan mendapatkan rezeki yang dijanjikan
Allah. la menyadari, posisi rezeki yang dicarinya tidak akan melebihi dari tiga hal. Pertama, rezeki
yang ia makan hanya akan menjadi kotoran. Kedua, rezeki yang ia pakai hanya akan menjadi benda
usang. Ketiga, rezeki yang ia nafkahkan akan bernilai di hadapan Allah SWT.
Selain itu, orang yang qana’ah akan mencari harta dan dunia untuk membekali dirinya agar
lebih kuat dalam beribadah, menafkahi keluarga. menyantuni orang lain, menguasai ilmu pengetahuan,
dan tidak membebani orang lain ketika Allah menimpakan kesulitan kepada dirinya
Lawan kata dari qanaah ini adalah tamak. Orang yang tamak adalah orang yang selalu merasa
kurang, kurang, dan terus merasa kurang, walaupun dia sudah mendapatkan karunia dan rizqi
berlimpah. Dengan demikian, orang yang tamak ini identik dengan rakus, semuanya ingin dimiliki.
Sudah punya satu, ingin dua; sudah punya dua, ingin tiga; sudah punya tiga, ingin empat, dan
seterusnya. Sudah mempunyai ini, ingin juga yang itu; sudah punya itu, masih ingin yang lain. Akan
semakin berbahaya apabila orang yang tamak ini tidak lagi menghiraukan mana yang halal dan mana
yang haram.
Orang yang tamak selalu mengukur kemuliaan dengan harta, dia merasa semakin banyak harta
maka akan menjadi semakin mulia. Dalam agama Islam diajarkan bahwa pada hakikatnya kemuliaan
itu tidak tergantung pada banyak sedikitnya harta, namun kepada kemurahan jiwa. Hadis rasulullah :
Artinya : “Bukanlah kekayaan itu lantaran banyak harta, akan tetapi kekayaan itu adalah kekayaan
jiwa.” (HR. Bukhari-Muslim)
Orang yang qana’ah akan senantiasa merasa tenteram dan merasa berkecukupan terhadap apa
yang dimilikinya selama ini. Karena meyakini bahwa pada hakikatnya kekayaan ataupun kemiskinan
tidak diukur dari banyak dan sedikitnya harta. Akan tetapi, terletak kepada kelapangan hatinya untuk
menerima dan mensyukuri segala karunia yang diberikan Allah SWT.
Hadis Rasulullah saw.
Artinya : “Dari Abdillah bin Amr, sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda : Sungguh
beruntung orang yang beragama Islam dan dicukupkan rizqinya, kemudian merasa cukup dengan apa
yang diberikan Allah kepadanya.” (HR. Muslim)
Tidak sedikit orang yang secara materi melimpah, tetapi tetap merasa miskin, tamak, serakah,
dan rakus.
Sifat qana’ah merupakan mesin penggerak batin yang senantiasa mendorong manusia untuk
meraih suatu kemajuan hidup yang disesuaikan dengan kemampuan diri. Begitu pula segala gerak
langkah dan orientasi hidupnya selalu tergantung kepada Allah SWT.
Rasulullah saw bersabda :
Artinya: “Dari Hakim bin Hizam RA. Ia berkata : “Saya minta kepada nabi, maka beliau memberi
kepadaku. Kemudian saya meminta lagi dan diberinya lagi, kemudian beliau bersabda : “Hai Hakim!
Harta ini memang indah dan manis, maka siapa yang mengambilnya dengan kelapangan hati, pasti
diberikan keberkatan baginya. Sebaliknya siapa yang menerima dengan kerakusan pasti tidak berkah
baginya, bagaikan orang makan yang tak kunjung kenyang.” (HR. Bukhari Muslim)
Untuk menumbuhkan sifat qona’ah tentunya tidak langsung jadi dengan sendirinya. Agar bisa
mempunyai sifat itu, memerlukan latihan dan pembiasaan-pembiasaan sejak dini yang pada akhirnya
sifat tersebut akan mendarah daging dalam diri seseorang sebagai bagian dari hidupnya. Dengan
demikian, hatinya akan senantiasa merasa tenteram dan stabil selama di dunia serta senantiasa siap
menyongsong kehidupan di akhirat.
Qana’ah bukan berarti menerima apa adanya disertai dengan sikap malas, tetapi harus diiringi
dengan usaha keras. Jika usaha tersebut hasilnya tidak sesuai dengan apa yang diinginkannya, maka
harus diterima dengan sikap sabar. Sebaliknya jika usaha tersebut memperoleh hasil yang memuaskan,
maka yang menyertai adalah sikap syukur kepada Allah SWT.
Dengan sikap qona’ah ini berarti kita menanamkan pola hidup sederhana yang sehat, karena pada
dasarnya orang yang selalu mengejar-ngejar harta kekayaan hatinya tidak akan tenteram.
B. SABAR DAN PENERAPANNYA
Sabar berarti tidak mudah putus asa, tahan uji, kuat menderita, terus berusaha, dan
senantiasa bersikap tenang dalam menghadapi apapun yang terjadi. Di dalam penerapannya
sabar harus mencerminkan sikap optimis, kerja keras, tekun, ulet, cermat, dan tangguh.
Dengan demikian keliru besar jika sabar diartikan berdiam diri dan menunggu apapun yang
terjadi tanpa berbuat sesuatu.
Sabar merupakan salah satu sifat yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW Salah satu
kinci keberhasilan Rasulullah SAW dalam menyebarkan agama Islam adalah sifat beliau yang
sangat sabar dalam menghadapi bebagai macam ujian dan rintangan.
Disamping dicontohkan oleh Rasulullah saw. dalam kehidupan beliau, secara langsung
Allah SWT juga memerintahkan manusia untuk senantiasa berlaku sabar, perhatikan ayat-ayat
berikut ini :
Di dalam ajaran Islam, penerapan sabar dikelompokkan menjadi 4 macam, yaitu :
􀁄 Sabar dalam menjaga diri dari perbuatan yang dilarang oleh Allah SWT
Pada dasarnya apapun yang dilarang oleh Allah SWT adalah sesuatu yang merugiakan
manusia. Namun syaitan selalu menggoda dan memutarbalikkan hati dan pikiran
manusia bahwa larangan-larangan Allah SWT itu adalah sesuatu yang menyenangkan
dan menggiurkan. Sebagai contoh, mengkonsumsi narkoba merupakan tindakan yang
membahayakan dan merugikan manusia, namun banyak orang yang melakukanya
karena tergiur dengan kenikmatan yang sesaat dan lupa akan bahayanya yang akan
ditanggung di kemudian hari.
Orang yang menerapkan sabar dalam hal ini diwujudkan dengan cara mempunyai
prinsip dan memegang teguh pendiriannya untuk tidak goyah terhadap godaan dan
rayuan yang menyesatkan.
Firman Allah :
Artinya : “Dan orang-orang yang sabar karena mencari keridhaan Tuhannya,
mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian rezki yang Kami berikan kepada mereka,
secara sembunyi atau terang-terangan serta menolak kejahatan dengan kebaikan;
orang-orang itulah yang mendapat tempat kesudahan (yang baik),” (QS. Artinya Ra’du
: 22)
􀁄 Sabar di dalam menahan kesusahan hidup, musibah, cobaan, dan penderitaan.
Dalam menjalani kehidupan setiap orang pasti akan mengalami masa-masa senang dan
susah, lapang dan sempit, semua itu datang silih berhanti. Dalam keadaan senang kita
tidak boleh lupa diri, senaliknya ketika dalam kesusahan dan penderitaan juga tidak
boleh menyesali diri. Orang yang beriman diajarkan untuk sabar ketika dalam keadaan
menderita, menerima cobaan dan musibah. Orang yang tetap tabah dan ikhlas ketika
menerima musibah dan maka di mata Allah SWT sikap tabah ini menjadi bernilai
(berpahala).
􀁄 Sabar dari kesulitan dalam menjalankan perintah agama karena tekanan dari orang
lain, baik teman, keluarga, lingkungan, maupun penguasa yang zalim.
Kadang-kadang kita dihadapkan pada situasi lingkungan yang menghalangi kita dalam
menjalankan ibadah. Misalnya, kita berada di lingkungan teman-teman yang tidak mau
melaksanakan shalat. Ketika kita hendak menjalankan shalat dikatakan sebagai anak
yang sok suci. Di sinilah kesabaran kita adlam memegang prinsip diuji, kita tetap
melaksanakan perinta Allah SWt atau tidak. Orang yang sabar tentu tetap pada
pendiriannya, dan tidak goyah karena yang kita lakukan adalah sesuatu yang benar, jadi
mengapa harus takut? Firman Alllah SWT :
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah)
dengan sabar dan (mengerjakan) shalat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang
sabar.” (QS. Al Baqarah : 153)
􀁄 Sabar dalam menghadapi hambatan, ujian, dan rintangan dalam mencapai keinginan dan
cita-cita.
Siapapun yang akan meraih cita-cita atau harapan hidup di masa mendatang yang lebih
baik, tentu tidak akan lepas dari rintangan. Jika kita mempelajari kisah orang-orang
yang sukses, maka mereka telah melalui berbagai hambatan dan rintangan yang sangat
banyak dan beragam. Wujud sabar dalam hal ini adalah dengan menerapkan sikap
tekun, ulet, teliti, tahan banting, dan tidak mudah menyerah. Orang seperti inilah yang
akan mendapatkan karunia dari Allah SWT dan tidak didapat oleh orang yang mudah
putus asa dan mudah menyerah. Firman Allah SWT :
Artinya : “Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orangorang
yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang
mempunyai keberuntungan yang besar.” (QS. Fussilat : 35)

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | GreenGeeks Review